Nama : Muhammad Yusup
kelas : 2KA32
Npm :15111013
sumber :www.google.com
Gaya
Kepemimpinan
Ketika berbicara tentang Organisasi, maka
tentunya kita berbicara tentang personal yang mendukung dan mewarnai
bergeraknya roda organisasi
(pimpinan dan bawahan) serta nilai akhir yang akan dicapai (tujuan). Sobat
semua, kita sudah berbicara soal Kepemimpinan dan Tipenya.
Namun, ada hal terpenting yang juga harus dimiliki oleh seorang pemimpin yakni
Gaya Kepemimpinan.
Gaya
Kepemimpinan
|
Menurut Heidjrachman dan S. Husnan (2002: 224), “Gaya kepemimpinan adalah pola
tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan
tujuan individu untuk mencapai tujuan tertentu”. Sedangkan menurut Fandi
Tjiptono (2001:161), “Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan
pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya”.
Sementara itu, pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola
tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang pemimpin yang dirasakan
oleh orang lain (Hersey, 1994:29). Menurut Heidjrachman dan Husnan (2002:173)
“seorang pemimpin harus memiliki sifat perceptive artinya mampu mengamati dan
menemukan kenyataan dari suatu lingkungan”. Untuk itu ia harus mampu melihat,
mengamati, dan memahami keadaan atau situasi tempat kerjanya, dalam artian
bagaimana para bawahannya, bagaimana keadaan organisasinya,
bagaimana situasi penugasannya, dan juga tentang kemampuan dirinya sendiri. la
harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk memilih gaya
kepemimpinan yang akan digunakan, perlu dipertimbangkan berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
Meskipun banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, Haris dalam Heidjrachman dan
Husnan (2002: 173) membaginya ke dalam 4 (empat) faktor yaitu:
- faktor dalam organisasi
- faktor bawahan
- faktor pimpinan manajer
- faktor situasi penugasan
Dari pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang
menggunakan gaya (style) yang dapat mewujudkan sasarannya misalnya
dengan mendelegasikan tugas, mengadakan komunikasi yang efektif, memotivasi
bawahannya, melaksanakan kontrol, dan seterusnya.
=>contoh
=>contoh
Mungkin kita sering mendengar, para
karyawan pada sebuah instansi baik pemerintah ataupun swasta ngerumpi,
menceritakan gaya kepemimpinan atasannya atau pemimpinnya. Ada yang
bilang, “Awas kepala…. sekarang orangnya galak”, ada lagi yang nyeletuk,
“Kepala sekarang orangnya tegas disiplin, tapi sayangnya mata duitan”.
“Kemarin Ibu A dibentak, ….” dan lain-lain. Betulkan itu pemimpin yang
baik?
SEMUA orang mungkin saja bisa menjadi
pemimpin, tapi tak semuanya bisa menjadi pemimpin yang sukses. Ada
beberapa tanda yang bisa dilihat apakah seseorang bisa menjadi pemimpin
yang baik dan amanah. Seorang pemimpin tentu saja memikul tanggung jawab
yang berat. Jika ia gagal menjadi seorang pemimpin yang baik, maka
dampaknya bisa menjadi sangat buruk bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Jika ia tidak mampu memimpin, tentu saja hal ini akan berdampak pada
kemajuan dan kelanggengan sebuah perusahaan atau lembaga.
Karena itulah, sebuah gaya kepemimpinan
yang tepat sangat perlu dimiliki oleh seorang atasan. Berikut beberapa
tanda atau ciri pemimpin yang baik dan sukses, seperti diungkapkan oleh
Rebecca Hourston, Director of Programs Aspire, sebuah perusahaan di
bidang penelitian, seperti dikutip dari Womensmedia.
1. Berani dan penuh percaya diri
Agar seorang atasan memiliki cahaya yang
terang, ia harus memiliki keberanian untuk melakukan sebuah tantangan
besar. Saat akan mengambil sebuah tantangan, seorang pemimpin harus
berani mengambil risiko dan harus terus berjalan, tak peduli yang
dikatakan orang lain. Di sini karakter yang kuat sangat diperlukan oleh
seorang pemimpin. Ia harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi bahwa
apa yang akan dilakukannya ialah sesuatu yang benar dan akan
mendatangkan sebuah perubahan yang besar. Inti dari gaya kepemimpinan
ini ialah, jangan pernah takut mengambil risiko dan jangan pernah takut
melakukan kesalahan.
Untuk memunculkan sifat ini, sebaiknya
atasan melakukan evaluasi, hal penting dan menantang apa yang bisa
dilakukannya. Selain itu, setiap hari selama satu minggu, buatlah tiga
sampai lima hal tentang gaya kepemimpinan yang efektif jika diterapkan,
kemudian terapkan gaya tersebut pada minggu berikutnya.
2. Mempertajam kekuatan
Seorang ahli di bidang emotional
intelligence, Daniel Goleman, melakukan penelitian terhadap gaya
kepemimpinan di 500 perusahaan dan menemukan beberapa tipe kepemimpinan
yang menonjol, misalnya melihat jauh ke depan (visionary), demokratis,
dan senang melatih. Nah, carilah keahlian atau kekuatan Anda dan jadikan
hal tersebut sebagai gaya kepemimpinan Anda. Gaya kepemimpinan tersebut
nantinya bisa menjadi ciri khas Anda.
Gaya tersebut juga akan menjadi kekuatan yang akan mengantarkan Anda pada kesuksesan di dunia karier.
3. Padukan beberapa gaya kepemimpinan
Meski memiliki ciri khas gaya
kepemimpinan, sebaiknya seorang pemimpin juga bisa memadukan beberapa
gaya kepemimpinan sekaligus dalam dirinya. Dalam penelitiannya, Goleman
juga menegaskan bahwa para pemimpin yang sukses umumnya memadukan
beberapa gaya kepemimpinan pada dirinya karena satu gaya saja tidak
pernah cukup mengatasi masalah yang banyak.
Jika misalnya seorang atasan pria harus
banyak berinteraksi dengan karyawan yang kebanyakan perempuan atau
sebaliknya, gunakan pendekatan dengan gaya kepemimpinan yang lembut dan
penuh perhatian. Tapi di saat tertentu, gunakan gaya kepemimpinan
maskulin yang tegas.
Untuk bisa memadukan beberapa gaya
kepemimpinan dengan tepat, identifikasi wilayah dan karyawan yang ada di
bawah atasan, kemudian carilah gaya kepemimpinan yang tepat untuk
dipadukan dengan gaya kepemimpinan yang menjadi ciri khasnya. Setelah
itu, lihat hasilnya dan lakukan evaluasi jika hasilnya belum maksimal.
4. Ciptakan tujuan
Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik,
seseorang harus bisa mengomunikasikan tujuan, visi, dan misi yang ingin
dicapai oleh timnya. Dengan mengomunikasikan, ini akan membuat bawahan
merasa terpacu untuk mencapai target, dan atasan sang pemimpin juga bisa
melihat bahwa pemimpin ini bisa membimbing anak buahnya.
Untuk bisa menemukan tujuan dan visi yang
tepat, pelajarilah semua hal yang terjadi di luar perusahaan. Setelah
itu, tentukan tujuan, bangun kerja tim, dan gerakkan mereka semua untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5. Pemberi semangat
Pemimpin yang terbaik adalah manusia
karena manusia bisa memberikan semangat dan mampu memotivasi
karyawannya. Pemimpin haruslah bisa menempatkan dirinya sebagai seorang
motivator saat karyawannya menemui halangan. Seorang pemimpin harus bisa
melihat potensi setiap karyawannya hingga tiap karyawan bisa memberikan
yang terbaik bagi lembaganya atau perusahaan. Karena itulah, seorang
pemimpin yang baik seharusnya selalu bertanya pada dirinya sendiri, ”apa
yang bisa saya berikan pada tim saya hari ini?”
6. Seimbang
Setiap pemimpin harus bisa mengukur
risiko yang dihadapinya. Selain itu, ciptakan waktu yang tepat untuk
menikmati hidup di luar pekerjaan.
7. Menjadi diri sendiri
Tak ada yang lebih baik selain menjadi
diri sendiri. Karena itulah, jadilah pemimpin yang sesuai dengan
kepribadian Anda, jangan berusaha untuk menjadi orang lain yang bukan
diri Anda.
Kunci Sukses Pemimpin Sukses dalam Perusahaan
BANYAK orang bisa menjadi pemimpin.
Namun, berapa banyak yang bisa memimpin dengan sukses sekaligus menjadi
inspirasi bagi orang banyak? Perubahan ekonomi, termasuk krisis global,
mau tak mau banyak memberi perubahan bagi perusahaan.
Banyak perusahaan yang memilih untuk
mencari karyawan-karyawan dengan keterampilan tinggi dan ide-ide segar
agar perusahaan bisa bersaing di dunia industri. Kondisi ini tidak hanya
terjadi di perusahaan-perusahaan besar atau multinasional.
Bahkan perusahaan yang lingkupnya lokal
pun, lebih senang memilih karyawan yang punya keterampilan tinggi. Maka
siapa pun karyawan yang hanya memiliki keahlian pas-pasan, sudah pasti
tidak akan mampu bersaing.
Tentu saja banyak orang yang merasa tidak
nyaman dengan hal ini. Meski begitu, tak ada pilihan lain selain
mengikuti arus yang berlaku. Martha C Wilson, pendiri dan CEO
Transformation Systems, perusahaan yang fokus pada strategi eksekutif
dan organisasi, menyatakan bahwa setiap orang sebenarnya memerlukan
perubahan dalam hidupnya.
Dalam pekerjaannya, dia pun mengaku
banyak membantu para karyawan dan para pemimpin untuk melakukan
perubahan yang radikal dalam perusahaannya.
“Tak peduli bidang pekerjaan Anda, tujuan
perubahan tersebut jelas, yaitu memanfaatkan segala sumber daya yang
dimiliki untuk menghasilkan sesuatu semaksimal mungkin dengan risiko
seminimal mungkin. Jika ini bisa dilakukan, bahkan mereka yang tidak
menyukai perubahan akan mau melakukannya,” ujar Wilson, seperti dikutip
dari womensmedia.com.
Menerima perubahan yang berkelanjutan
Perubahan yang menguntungkan hanya akan
terjadi jika perubahan tersebut berjalan terusmenerus atau
berkelanjutan. Namun, perubahan yang terlalu cepat justru akan memakan?
ongkos? yang mahal dan membuat perubahan terbaik tidak akan mudah
dicapai.
“Cara terbaik ialah dengan melakukan
perubahan kecil tiap hari. Ciptakan dalam diri Anda atau dalam budaya
perusahaan, yang menekankan perubahan yang kecil, tapi terus-menerus dan
berhubungan satu dengan yang lain,” tegas Wilson.
Tentu saja hal ini tidak mudah untuk
dilakukan. Pilihannya hanya ada dua, sukses atau gagal. Nah, agar
perubahan yang dijalankan bisa berjalan sukses, yang terlebih dahulu
harus diubah ialah gaya kepemimpinannya. Dengan kata lain, sang
pemimpinnya lah yang harus terlebih dahulu mengubah dirinya.
Pemimpin di sini bisa berarti segala hal.
Bahkan Anda pun bisa disebut pemimpin bagi diri Anda sendiri. Lagi
pula, menurut Wilson, jika dalam satu kelompok ada orang yang memiliki
keahlian lebih dibanding yang lain, maka dia bisa menjadi pemimpin. Jika
hal ini terjadi pada Anda, maka gunakan kesempatan ini untuk memimpin.
Memimpin dengan memberi contoh
Kepemimpinan yang baik ialah kepemimpinan
yang dekat dengan mereka yang dipimpinnya. Jika Anda adalah seorang
pemimpin dan menginginkan tim yang solid, penuh talenta dan ide-ide
segar, maka sebelumnya Anda harus menunjukkan bahwa Anda memiliki
ide-ide yang segar.
Intinya, sebelum Anda menuntut bawahan
Anda, tuntutlah diri sendiri untuk melakukan hal tersebut dan tunjukkan
bahwa Anda berhasil melakukannya. Dengan begitu, bawahan Anda akan
menghargai dan menaruh kepercayaan kepada Anda. Hal ini juga untuk
memberikan semangat bekerja dan berusaha kepada mereka.
Evaluasi diri
Agar Anda mampu memberi contoh, lakukan
evaluasi diri terlebih dahulu. Coba teliti diri Anda, apakah tujuan
kerja Anda sudah jelas dan fokus? Seberapa besar komitmen Anda terhadap
rencana yang sudah ditetapkan? Apakah Anda punya semangat yang tinggi
untuk melakukannya?
“Jika Anda sudah mampu menjawab dengan
jujur pertanyaanpertanyaan tersebut sekaligus mengakui kelemahan dan
kelebihan Anda, maka Anda baru akan mampu membuat perubahan dalam hidup
dan perusahaan Anda,” tandas Wilson.
Semakin Anda memahami diri sendiri, maka
Anda semakin mampu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Selain
itu, Anda pun akan lebih siap menghadapi rintangan saat melakukan
perubahan tersebut.
Belajar dari kesalahan
Tentu saja perubahan yang terus-menerus
akan membuat Anda terus-menerus belajar. Belajar berarti Anda harus siap
menerima kenyataan bahwa Anda bisa saja melakukan kesalahan. Kesalahan
tersebut harus melahirkan sebuah pelajaran baru bagi Anda.
Selanjutnya, hikmah dari kesalahan
tersebut harus bisa membuat Anda menjadi setingkat lebih baik. Yang
harus diperhatikan, jika Anda gagal, maka hal ini akan berpengaruh
kepada bawahan Anda. Karena itulah, Anda juga harus menanamkan pola
pikir belajar terus-menerus dan tidak takut menghadapi kesalahan sebagai
bagian dari jalan menuju sukses.
Anda harus belajar melihat sisi lain dari
kegagalan, kesalahan, ketakutan, dan kekhawatiran. Pembelajaran ini
akan menuntun Anda pada kesadaran, kepedulian, dan kesabaran.
“Jika hal ini sudah Anda dapatkan, maka
Anda akan menginspirasi orang-orang di sekeliling Anda. Stres bisa jadi
malah akan meningkatkan energi dan semangat, kesalahan bisa menjadi
pelajaran, dan Anda bisa mengartikan sebuah ketakutan menjadi suatu hal
yang positif,” tegas Wilson.
Jika Anda bisa menularkan sikap positif
ini ke banyak orang, maka Anda akan dianggap sebagai orang yang
inspiratif. Sekali lagi, intinya ialah Anda harus melihat diri Anda
dulu, memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu, sebelum memperbaiki dan
menginspirasi orang lain.