2.1 Perilaku Konsumen
Perilaku
konsumen merupakan suatu proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan
dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk
dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal
yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang
berharga jual rendah (low involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan
dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high involvement)
proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Perilaku konsumen adalah aktivitas
seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa
(Blackwell, Miniard, & Engel, 2001). perilaku konsumen sendiri dapat di
definisikan sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku,
dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dengan kata
lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia
dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi.
Perilaku
konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari
individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang
mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa
yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu,
kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan
dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang selalu
berubah dan bergerak sepanjang waktu.
Menurut Handi Irawan,
Perilaku Konsumen Indonesia dikategorikan menjadi sepuluh, yaitu :
1)
Berpikir jangka pendek
(short term perspective), ternyata sebagian besar konsumen Indonesia hanya berpikir
jangka pendek dan sulit untuk diajak berpikir jangka panjang, salah satu
cirinya adalah dengan mencari yang serba instant.
2)
Tidak terencana
(dominated by unplanned behavior). Hal ini tercermin pada kebiasaan impulse
buying, yaitu membeli produk yang kelihatan menarik (tanpa perencanaan
sebelumnnya).
3)
Suka berkumpul.
Masyarakat Indonesia mempunnyai kebiasaan suka berkumpul (sosialisasi). Salah
satu indicator terkini adalah situs social networking seperti Facebook dan
Twitter sangat diminati dan digunakan secara luas di Indonesia.
4)
Gagap teknologi (not
adaptive to high technology). Sebagian besar konsumen Indonesia tidak begitu
menguasai teknologi tinggi. Hanya sebatas pengguna biasa dan hanya
menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan pengguna lain.
5)
Berorientasi pada
konteks (context, not content oriented). Konsumen kita cenderung menilai dan
memilih sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan begitu,konteks-konteks yang
meliputi suatu hal justru lebih menarik ketimbang hal itu sendiri.
6)
Suka buatan Luar Negeri
(receptive to COO effect). Sebagian konsumen Indonesia juga lebih menyukai
produk luar negeri daripada produk dalam negeri, karna bias dibilang
kualitasnya juga lebih bagus dibanding produk di Indonesia
7)
Beragama(religious).
Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama. Inilah salah satu karakter
khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran agamanya. Konsumen akan lebih
percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh seorang tokoh agama, ulama atau
pendeta. Konsumen juga suka dengan produk yang mengusung simbol-simbol
agama.
8)
Gengsi (putting
prestige as important motive). Konsumen Indonesia amat getol dengan gengsi.
Banyak yang ingin cepat naik “status” walau belum waktunya. Saking pentingnya
urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun tetap laris terjual di negeri kita
pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut Handi Irawan D,ada tiga budaya yang
menyebabkan gengsi.
9)
Budaya lokal (strong in
subculture). Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan menyukai produk luar
negeri, namun unsur fanatisme kedaerahan-nya ternyata cukup tinggi. Ini
bukan berarti bertentangan dengan hukum perilaku yang lain.
10) Kurang
peduli lingkungan (low consciousness towards environment). Salah satu karakter
konsumen Indonesia yang unik adalah kekurangpedulian mereka terhadap isu
lingkungan. Tetapi jika melihat prospek kedepan kepedulian konsumen terhadap
lingkungan akan semakin meningkat, terutama mereka yang tinggal di perkotaan
begitu pula dengan kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham dengan isu
lingkungan. Lagi pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga premium
sehingga akan lebih mudah memasarkan produk dengan tema ramah lingkungan
terhadap mereka.
2.2 Kepuasan pada Konsumen pada suatu Produk
Pada bab
sebelumnya telah kita bahas tentang perilaku konsumen, namun kali ini kita akan
menganalisa bagaimana perilaku konsumen tersebut langsung pada produk yang akan
digunakan dan juga bagaimanakah konsumen itu mendapatkan kepuasan maksimal pada
suatu produk.Kita akan sedikit membahas tentang perilaku konsumen agar teringat
kembali materi yang sebelumnya sudah di posting.
Perilaku
konsumen ditimbulkan oleh faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
perilaku pembelian konsumen, perusahaan harus berusaha untuk dapat memahami
perilaku pembelian konsumen tersebut. Konsumen sangat heterogen dilihat dari
usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pekerjaan dan selera. Persaingan
yang dihadapi oleh sebagian besar perusahaan tampaknya semakin mempengaruhi
kebutuhan konsumen dipasar.
Tujuan seorang konsumen yang rasional
ialah mendapatkan kepuasan yang maksimum dari suatu barang yang dikonsumsinya.
Seorang konsumen yang mencapai kepuasan yang maksimum dari mengkonsumsi suatu
barang, dikatakan konsumen tersebut berada dalam kondisi keseimbangan
(equilibrium).
Tingkat kepuasan
maksimum konsumen dapat dicapai pada waktu konsumen dapat memenuhi kebutuhan
yang diinginkan. Bagaimana konsumen dapat memenuhi kebutuhan konsumen?
Ada beberapa faktor yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen antara lain:
pendapatan konsumen, harga barang dan selera konsumen.
Sebagai ilustrasi ada dua orang pembeli masuk
supermarket. Orang pertama keluar supermarket tidak membeli apapun, sedangkan
orang kedua keluar supermarket membeli kebutuhannya. Pertanyaannya, pembeli
yang mana yang dapat mencapai tingkat kepuasan maksimum konsumen?
Jawabannya, tentunya pembeli yang dapat memenuhi kebutuhannya. Pertanyaan
berikutnya, mengapa kedua pembeli ada yang bisa membeli dan ada yang tidak bisa
membeli? Jawabannya adalah karena ada kemungkinan sesuai atau tidak sesuainya
pendapatan yang dimiliki, harga barang dan selera pembeli (dimana salah satu
saja tidak memenuhi maka tidak akan terjadi transaksi jual beli itu).
Syarat Mencapai Kepuasan yang
Maksimum
“Seorang konsumen akan mencapai
kepuasan yang maksimum, apabila marginal utility dari setiap rupiah yang
dibelanjakan untuk berbagai jenis barang adalah sama”.
Secara matematis syarat tersebut
dapat ditulis sebagai berikut :
MUX /PX = MUY /PY = . . .
, dengan kendala, PX.QX + PY.QY + . . = M
Dimana :
M
= pendapatan uang individu utility perperiode waktu.
MUX =
marginal utility barang X.
MUY =
marginal utility Y.
PX
= harga per unit barang X.
PY
= harga per unit barang Y.
Misalnya pendapatan seorang konsumen perperiode
waktu = $12, dan seluruhnya ingin dibelanjakan untuk membeli barang X dan Y.
Harga barang X : PX = $2 dan harga barang Y : PY = $1.
Salah satu contoh lain yang pernah kami dirundingkan
adalah ketika salah satu anggota kami dilakukan prospek terhadap beberapa
agensi. Agensi tersebut melakukan kontak kepada pelanggan yang berasal dari
teman sendiri. Dari sana agensi sudah memiliki langkah kedepan sehingga
pelanggan tidak merasa canggung karena tidak kenal satu sama lain, dari
perbincangan yang dilakukan agensi tersebut melakukan perbincangan yang sangat
tidak terpikirkan tentang masa depan. Sehingga membuat sang pelanggan menjadi tertarik,
karena keterbatasan biaya pada pelanggan sang agensi pun melakukan penjelasan
tentang premi bulanan yang dimulai dari 150.000 sampai 500.000 perbulan. Maka
untuk itu perusahaan asuransi berlomba dalam memberikan pelayanan dengan sebaik
– baiknya sehingga konsumen mendapatkan kepuasan maksimal. Dari contoh diatas
kami menarik kesimpulan bahwa tingkat perekonomian di Indonesia yang sedang
naik turun, perusahaan asuransi akan melakukan pelayanan baik dari segi harga
hingga kualitas agen yang membuat para costumer menjadi lebih puas.
agar para konsumen
Anda tidak berpaling ke perusahaan lain. Berikut ini kami informasikan 5 cara
mempertahankan kepuasan dan loyalitas pelanggan.
1) Berikan perhatian before dan after sales
Sebagian
besar pelaku pasar hanya fokus terhadap penawaran yang akan mereka sampaikan,
tanpa memperhatikan keinginan konsumen. Kesalahan inilah yang sering membuat
para konsumen melakukan penolakan secara langsung terhadap para sales, sebab
mereka menganggap para sales hanya akan berpromosi menawarkan sebuah barang.
Karenanya untuk menciptakan kepuasan konsumen, berikan perhatian khusus kepada
para konsumen baik sebelum terjadi transaksi pembelian maupun pasca pembelian.
Misalnya saja dengan membagikan katalog menarik untuk memancing minat konsumen,
serta memberikan garansi khusus pada produk unggulan yang Anda pasarkan.
2) Ciptakan sebuah hubungan yang saling
menguntungkan
Dalam
memasarkan sebuah produk, tak jarang para pelaku pasar atau pedagang lebih
mendominasi komunikasi yang terbangun. Mereka memposisikan para konsumen
sebagai pendengar, dan pemasar sebagai narasumber utamanya. Strategi pemasaran seperti ini tentunya terbilang kuno, sebab sekarang ini
para konsumen sudah mulai cerdas dan bisa menentukan produk-produk unggulan
yang bisa memenuhi kebutuhan mereka. Oleh sebab itu, pastikan hubungan yang
terbangun antara konsumen dan pelaku pasar bisa seimbang dan saling
menguntungkan.
3) Lakukan follow up pasca penjualan
Untuk
mempertahankan loyalitas pelanggan, ada baiknya Anda mencatat semua customer
yang pernah membeli produk Anda dan mencoba melakukan follow up ulang pasca
pembelian pertama. Meskipun cara ini sangatlah mudah, namun sampai hari ini
belum semua pelaku usaha melakukannya. Biasanya mereka kurang peduli dengan
prospek yang sudah dimiliki, dan cenderung mencari sasaran (konsumen baru)
dibandingkan harus mem-follow up ulang
konsumen-konsumen yang pernah melakukan pembelian di perusahaan mereka.
4) Tawarkan program menarik untuk menjaga loyalitas
konsumen
Seperti
halnya mall-mall besar maupun pusat perbelanjaan di kota-kota besar yang
biasanya menawarkan program premium atau kartu keanggotaan untuk menjaga
loyalitas para pelanggan. Anda pun juga bisa mencoba program tersebut untukmembangun loyalitas konsumen. Mulailah dengan menawarkan sebuah keanggotaan atau member
khusus yang akan memberikan banyak keuntungan bagi para pelanggan setia Anda.
Misalnya saja menawarkan diskon khusus bagi para konsumen yang memiliki kartu
keanggotaan, atau menawarkan bonus tertentu bagi para member yang berbelanja
cukup banyak di perusahaan Anda.
5) Berikan keuntungan bagi pelanggan setia Anda
Selain
menawarkan program menarik untuk menjaga loyalitas konsumen, Anda juga bisa
menjalin kerjasama dengan para pelanggan setia Anda. Tawarkan peluang bisnis
bagi para konsumen yang bisa memberikan untung besar bagi mereka dan sekaligus
bisa membantu Anda dalam meningkatkan pemasaran produk. Contohnya saja dengan membuka program reseller untuk para
konsumen yang tertarik memasarkan produk Anda.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku
konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan
pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan
jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal
yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian. Untuk barang
berharga jual rendah (low involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan
dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high involvement)
proses pengambilan keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Perilaku
konsumen sendiri dapat di definisikan sebagai interaksi dinamis dari pengaruh
dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakuk.an pertukaran
aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan
perasaan yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi.
Tingkat kepuasan maksimum konsumen
dapat dicapai pada waktu konsumen dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan.